Apa yang kamu cari saat membaca cerpen atau cerita-cerita fiksi lainnya?  Banyak  pembaca   menjawab untuk memperoleh penghiburan atau kesenangan.  Jawaban itu tidak salah karena memang cerpen adalah suatu bentuk karya seni dan sebagaimana pada umumnya karya seni diciptakan untuk dinikmati keindahannya.    Dialog dan  perilaku tokoh yang  lucu menggelitik,  lika-liku  kejadian yang  tidak  terduga,  adegan-adegan yang menegangkan dan mendebarkan,  deskripsi keelokan latar alam    atau  dimensi   rupa fisik tokoh  yang mampu  menggugah emosi  dan membangkitkan imajinasi barangkali adalah sebagian dari daya tarik cerita yang dapat melahirkan  perasaan  atau sensasi senang.  Namun, jika hanya karena alasan itu  orang membaca cerpen, sangat disayangkan. Cerpen dikarang tidak sekedar memberikan penghiburan kepada  pembacanya, tetapi juga    pencerahan melalui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.  Bahkan, sebenarnya  kelahiran cerpen berangkat dari adanya tanggung jawab moral pengarang untuk memberikan pendidikan (edukasi) kepada masyarakat  tentang suatu nilai hidup tertentu yang barangkali sudah mulai pudar atau tidak dihiraukan lagi.  Maka dari itu,  ketika membaca cerpen dan karya sastra lainnya, kita tidak boleh berhenti pada  menikmati keindahannya saja.  Hal  lebih hakiki  yang harus   dilakukan berikutnya   adalah  menemukan, menafsirkan,   dan merefleksikan nilai-nilai hidup yang terkandung di dalamnya.  Harapan selanjutnya  nilai-nilai itu kembali menguat  mengakar dalam hidup kita dan menjadi panduan dalam berperilaku sehari-hari. Mengenali Nilai-Nilai  Penting dalam Cerpen Ada berbagai macam nilai   bisa ditemukan dalam cerita. Nilai-nilai itu  tidak selalu dinyatakan secara eksplisit, sehingga seberapa banyak yang bisa ditemukan pembaca tergantung kejelian dan kemampuan pembaca dalam menemukan dan menafsirkannya.  Pembaca yang kaya  pengalaman hidup, berwawasan luas,  dan memiliki  hati nurani  yang tidak tumpul karena sering dipergunakan  akan lebih mudah menemukan  dan merasakan nilai-nilai tersebut. Ada 5  jenis nilai yang bisa ditemukan dalam suatu cerita, yaitu:
  1. Nilai moral
Nilai moral  menyangkut  adab, adat kebiasaan seseorang, dan prilaku baik   buruk seseorang. Nilai  ini  dibentuk oleh etika, baik etika kolektif, maupun etika personal. Moral  dibedakan atas   etika normatif dan deskriptif.    Etika normatif   adalah norma-norma di masyarakat, baik adat atau kebiasaan masyarakat, atau nilai-nilai  kebaikan yang berlaku di masyarakat yang tidak tertulis. Sedangkan etika deskriptif   adalah hokum  tertulis, baik hukum agama   dan hukum Negara  berupa peraturan-peraturan atau yuridis yang dibuat oleh pemerintah.
  1. Nilai sosial
Cerpen bisa diharapkan menjadi agen perubahan social melalui nilai-nilai  yang ditanamkan.   Banyak penulis cerpen mendapatkan ide cerita setelah melihat fenomena sosial di masyarakat. Fenomena social itu meliputi  kehidupan ekonomi  masyarakat,   fakta sejarah,   komunitas social, symbol-simbol dan elemen sosial , dsb.   Nilai social dapat   digali dari  aktivitas ekonomi yang menggerakkan  elemen social,  konflik tokoh yang muncul akibat gejolak social, ideologi yang dianut tokoh,  sejarah perkembangan manusia yang digambarkan dalam cerita.
  1. Nilai budaya
Nilai budaya  terkait dengan peradaban yang dibangun manusia dalam berinteraksi dengan  pencipta,  sesama,  maupun alam sekitarnya dan merupakan perwujudan dari kebudayaan.  Wujud kebudayaan dapat berupa ide dan aturan, aktivitas yang berpola, dan benda-benda hasil karya manusia.  Dalam cerpen nilai budaya sangat berpengaruh dalam  pembangunan karakter, latar, dan penentuan amanat cerita. Nilai-nilai    tersebut antara lain    kepercayaan manusia pada Tuhannya;   kebiasaan /tradisi kolektif,   sikap dan alat berkomunikasi ,   kesenian  sebagai   ekspresi estetika,  profesi      untuk mempertahakan kehidupan;   kegiatan    politik sebagai alat bernegara.
  1. Nilai Religius
Nilai religius  berkaitan dengan  nilai-nilai agama yang menjadi landasan tokoh dalam berelasi dengan Sang Pencipta Kehidupan dan dalam kehidupan bermasyarakat.  Nilai religius dalam karya sastra tidak bisa dipisahkan dengan nilai moral dan social.  Nilai moral akan menentukan kualitas hidup manusia dalam membangun hubungan dengan Tuhan secara utuh.  Sementara nilai social  akan menentukan kualitas hubungan antar sesame   dalam semangat menciptakan kehidupan yang harmonis.
  1. Nilai Pendidikan atau didaktis
Nilai pendidikan terpancar dalam perilaku baik dan buruk yang ditampilkan oleh tokoh protagonist dan antagonis.   Tokoh protagonist mengajarkan nilai-nilai kebijaksanaan, kearifan, keadilan, kejujuran, dsb   yang  diharapkan akan ditiru atau diteladani pembaca.   Sementara melalui tokoh antagonis, pembaca dapat belajar bagaimana  kejahatan dan keburukan akan menemukan kekalahan dan mendapat ganjaran yang setimpal dengan kerusakan atau kerugian yang ditimbulkannya.
MENGUAK NILAI PADA KARYA SASTRA - GURU BAHASA
17 Mei 2024