Karya sastra apa pun pada hakikatnya merupakan sebuah karya seni yang bertujuan memberikan penghiburan atau menciptakan sensasi keindahan. Dalam kerangka tujuan itu, pencipta karya sastra akan senantiasa berupaya menyuguhkan karya yang menarik, memikat, dan bisa dinikmati oleh penggunanya.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan keindahan dan menarik perhatian. Dalam karya prosa, daya seni dan daya tarik bisa dihadirkan melalui kemampuan dalam membuat jalinan alur cerita yang tidak mudah ditebak, yang tidak lazim, yang dapat mempermainkan emosi, atau mengecoh penalaran. Juga dengan kemampuan dalam mendeskripsikan tokoh dan latar cerita, baik tempat dan suasananya sehingga mampu membawa imajinasi berkelana atau berfantasi. Namun, dalam karya puisi, keindahan atau estestika dibentuk dengan cara lain, yaitu melalui diksi atau pemilihan kata-kata.
Puisi tidak akan terlalu menarik bilamana hanya menggunakan diksi atau kata-kata biasa yang yang sudah sangat sering digunakan dalam keseharian, meski pun ini bukan hal mutlak. Sebaliknya, puisi akan relatif lebih menarik jika penyair mampu menggunakan kata-kata yang sudah usang, sudah tua, sudah jarang digunakan. Alasan dari hal ini bisa dianalogikan atau disamakan dengan mengapa benda-benda antik yang sudah langka atau hampir punah, menjadi terkesan indah dan memiliki harga yang bisa sangat mahal. Padahal, pada masanya atau zamannya, benda itu tidak lebih menarik, lebih indah, dan lebih mahal dari benda lainnya.
Kata arkais berkaitan dengan popularitas atau kejamakan sebuah kata dan ini bersifat relatif. Oleh sepihak sebuah kata bisa dianggap masih jamak dan masing dianggap cukup populer, tetapi oleh pihak lain bisa jadi dianggap sudah langka. Hal ini potensial terjadi jika terdapat gap generasi antara peserta komunukasi. Kata arkais juga seringkali berkaitan dengan kosakata lokal yang digunakan dalam lingkungan terbatas. Sehingga manakala kata itu digunakan pada lingkungan lain yang jarang menggunakan, akan diterima sebagai kata asing, langka, tapi sekaligus sebagai sesuai yang unik dan menarik.
Kata arkais mudah sekali ditemukan dalam teks-teks lama atau kuno, baik pada kitab suci, roman lama, hikayat, lagu daerah, puisi rakyat (pantun, syair, gurindam, dll).
Kata arkais atau kuno sebagian merupakan kosakata bahasa Melayu klasik, bahasa Sanskerta, atau Jawa kuno, yang banyak menyumbang dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Meski kata arkais sudah jarang digunakan, tetapi KBBI masih memasukkannya sebagai entri sehingga masyarakat masih bisa menemukan artinya dengan mudah.
Berikut daftar contoh kata arkais berikut sinonim populernya.
ARKAIS | POPULER | ARKAIS | populer |
kala senja fajar purnama surya/ baskara madya raga atma paras karsa cipta dara tirta bayu kencana puspa karya busana wisma bahtera samudra mega bianglala satwa punggawa pelita durjana pustaka belia lentera telaga boga buwana kartika nirwana puri nurani ratri rimba netra | waktu sore pagi bulan matahari tengah badan jwa wajah kehendak pikiran gadis air angin emas bunga kerja pakaian rumah perahu laut awan pelangi hewan pemimpin lampu pencuri buku muda lampu telaga makanan dunia bintang surga rumah hati malam hutan mata | sasra nawa cendekia sentana genta sangkakala cakra cakrawala pusaka arena marga sila setya lencana pusara kendala menara pesona jelita renta dusta jelata siaga loba belia binasa murka asmara sengketa prahara gempita nestapa gita aroma harta tahta eka sapta panca dasa | seribu sembilan pakar saudara lonceng terompet bunga langit senjata tempat jalan dasar janji piagam makam hambatan tower dayatarik cantik tua berbohong miskin siap rakus muda hilang marah cinta konflik musibah meriah sedih nyanyian bau kekayaan kedudukan satu tujuh lima sepuluh |
https://whyride.info/ – whyride
whyride
Hey There. I found your blog using msn. This is a really well written article. I will be sure to bookmark it and return to read more of your useful information. Thanks for the post. I will certainly comeback.
community.hodinkee.com